Apakah anda tahu dimana SMA Budi Mulia Dua itu?

Kamis, 03 Juni 2010

Review Buku kumpulan cerpen

Buku kumpulan cerpen ini adalah beberapa karya yang dibuat oleh Haji Ali Akbar Navis. Beliau adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia pada masanya. A.A Navis lahir di Kampung Jawa, Padang, Sumatra Barat pada tanggal 17 November 1924 dan meninggal pada tanggal 22 Maret 2003. Banyak sekali cerpen yang telah dibuat oleh beliau.
Beberapa contoh buku kumpulan cerpen yang pernah di buat oleh A.A Navis seperti:

• Rubuhnya Surau Kami (1955)
• Bianglala (1963)
• Hujan Panas (1964)
• Kemarau (1967)
• Saraswati
• Si Gadis dalam Sunyi (1970)
• Dermaga dengan Empat Sekoci (1975)
• Di Lintasan Mendung (1983)
• Dialektika Minangkabau (editor, 1983)
• Alam Terkembang Jadi Guru (1984)
• Hujan Panas dan Kabut Musim (1990)
• Cerita Rakyat Sumbar (1994)
• Jodoh (1998)

A.A Navis juga membuat cerpen yang mengandung kritikan sosial. Tetapi ada juga nasehat – nasehat untuk diri sendiri, kehidupan yang menyenangkan dan juga mengharukan. Di laporan ini, saya akan membahas review dari buku kumpulan cerpen A.A Navis yang bernama Robohnya Surau Kami. Buku ini diterbitkan pada tahun 1955. Di dalam buku ini, terdapat 10 cerpen yang telah dibukukan yaitu Robohnya Surau Kami, Anak Kebanggaan, Nasihat - nasihat, Topi Helm, Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dari Gunung, Menanti Kelahiran, Penolong dan Dari Masa ke Masa.
10 cerpen ini jauh lebih baik daripada kumpulan A.A Navis sebelumnya yaitu Bianglala. Begitu kuat aroma tema dosa, iman dan perbuatan dari setiap cerpen, seperti mengandung kegelisahan A.A Navis pada kondisi keimanan atau sosial masyarakat di sekitarnya. Semua hal itu ada pada cerpen "Robohnya Surau Kami". Di dalam setiap cerpennya di buku ini, A.A. Navis menampilkan wajah Indonesia di zamannya dengan penuh kegetiran. Penuh dengan kata-kata satir dan cemoohan akan kekolotan pemikiran manusia Indonesia saat itu yang masih relevan di masa sekarang ini. Ada refleksi dan kritik sosial yang mendalam secara intrinsik di dalam ceritanya yang berlaku universal atau menyeluruh. Mengungkap persoalan hendaknya jangan kita menjadi orang yang sekedar ibadah tanpa mengetahui makna ibadah sesungguhnya.
Pada cerpen ini A.A Navis masih menggunakan kata – kata yang sulit untuk dimengerti dan belum sesuai dengan EYD. Dalam cerita ini, beliau menceritakan suasana yang memprihatinkan dan menyedihkan. Cerita ini mempunyai setting tempat di sebuah surau atau mushola yang sudah tua dan tampak rusak di bagian dalam dan luarnya. Di depan surau terdapat kolam ikan dan 4 kamar mandi. Peran utama dalam cerpen ini adalah seorang anak dan seorang kakek yang menjaga suraunya. Sebenarnya cerita ini adalah flashback karena kakek yang menjaga surau ini telah meninggal dunia tetapi ada seorang anak yang dulu masih teringat saat berbincang – bincang dengan kakek itu. Yang membuat sedih kakek hanya karena cerita Ajo Sidi tentang Haji Saleh. Saleh itu haji, tapi masuk neraka. Kenapa? Tuhan menjawab: 'Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau tak masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak-istrimu sendiri sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis.'
Ada pun cerpen lainnya yang bersifat religi yaitu "Datangnya dan Perginya". Jadi pada buku kumpulan cerpen “ Rubuhnya Surau Kami” sebagian besar menceritakan tentang keimanan sesorang. Dan A.A Navis juga memberikan sebuah pesan kepada semua manusia agar selalu beribadah kepada Tuhan dan tahu maksud dari beribadah itu sendiri agar nanti saat akhir khayatnya manusia akan mendapat balasan dari Tuhan oleh semua amal ibadah kita masing – masing.

Tidak ada komentar: