Apakah anda tahu dimana SMA Budi Mulia Dua itu?

Kamis, 03 Juni 2010

Review puisi

REVIEW BUKU KUMPULAN PUISI
Sekarang ini, puisi mulai di gabungkan dan dijadikan buku kumpulan puisi. Berbagai jenis puisi baru mulai bermunculan seperti puisi cinta, puisi kesedihan, puisi penyesalan, dll. Buku kumpulan puisi kontemporer yang akan saya review adalah kumpulan puisi dari berbagai orang yang karyanya telah digabungkan.
Contoh puisi kontemporer :
Jembatan Ampera
Malam ini
Aku bergembira
Berada di atas Jembatan Ampera
Jembatan yang megah terkenal di Indonesia
Pemandangan malam
Sungguh indah menawan
Terlihat lampu – lampu nelayan berjalan
Di sungai Musi mereka mencari ikan
Suasana itu
Menggoncang jiwaku
Mengajakku lebih
Mensyukuri karunia Ilahi
Rasanya……
Aku tak ingin pulang
Aku ingin menghabiskan hari libur di sini
Di atas Jembatan Ampera yang indah ini
Di dalam puisi ini yang berjudul “ Jembatan ampera “ ini, tema yang disajikan penulis adalah kebahagiaan atau kegembiraan. Perasaan sang penulis merasa bahagia karena dia senang saat berada di jembatan ampera. Sang penulis bangga bahwa jembatan ampera adalah salah satu jembatan yang terkenal di Indonesia.
Nada saat membaca puisi ini dapat dibawakan seperti riang dan senang karena tema puisi ini adalah kebahagiaan. Di dalam puisi ini, sang penulis tidak menggunakan kata – kata yang sulit dimengerti. Bahkan kata – kata yang digunakan sudah bahasa yang sering diucapkan orang jaman sekarang. Kata – kata dalam puisi tidak terlalu panjang yang terpenting adalah maknanya jelas untuk para pembaca.
Di puisi ini, sang penulis menuliskan hal yang benar terjadi dan tidak menggunakan imajinasinya. Karena penulis ingin memperlihatkan perasaan yang sebenarnya kepada pembaca. Kata kongkret dibutuhkan di dalam puisi agar para pembaca dapat merasakan, menggambarkan keadaan yang ada di dalam puisi tersebut. Pada kalimat Terlihat lampu – lampu nelayan berjalan, Di sungai Musi mereka mencari ikan terlihat jelas bahwa sang penulis memberikan gambaran saat itu ada seorang nelayan yang sedang mencari ikan.
Di dalam puisi ini selain kebahagiaan ada juga makna agama yaitu pada kalimat Menggoncang jiwaku, Mengajakku lebih , Mensyukuri karunia Ilahi. Bahwa sang penulis menjelaskan bahwa kita sebagai umat manusia harus tetap mensyukuri semua apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Di beberapa kalimat puisi bermajas personifikasi terlihat pada kalimat Terlihat lampu – lampu nelayan berjalan dan Menggoncang jiwaku. Di kalimat tersebut, sang nelayan seolah – olah lampu nelayan itu berjalan di atas sungai Musi. Dan seolah – olah jiwa sang penulis bergoncang.
Amanat yang terkandung adalah bahwa kita sebagai manusia harus tetap bersyukur kepada semua ciptaan-Nya. Karena dengan ciptaan-Nya, kita dapat semakin tertarik untuk tetap beribadah dan dapat memberikan kesejukan kepada hati kita.
Di puisi yang lain yang ada di dalam buku kumpulan ini, para penulis juga mencurahkan rasa kebahagiaan. Selain itu ada juga yang menggunakan tema tentang Tuhan dan ciptaan-Nya. Dan penggunaan bahasa sama seperti puisi ini. Jadi di dalam buku kumpulan puisi ini, jenis puisinya adalah puisi baru.

Review Buku Sains

KEHIDUPAN TUMBUHAN LAUT
Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan. Jumlah pulaunya lebih dari 17.000 buah yang terbentang di sepanjang khatulistiwa. Luas daratannya hampir 2 juta km². Luas lautnya mencapai 6 juta km². Panjang pantai Negara Indonesia sekitar 81.000 km. Nampaknya jelas bahwa Negara kita adalah Negara bahari. Tetapi sayangnya, bangsa kita berorientasi pada daratan. Kemudian kota – kota besar pun dibangun sangat megah dan itu sangat berorientasi pada daratan. Laut bagi Negara kita adalah jalan raya alam yang menghubungkan satu pulau dengan pulau lain. Kita hanya perlu mengembangkan transportasinya.
Negara kita mengandung banyak kekayaan, seperti ikan, rumput laut, mutiara, dll. Terumbu karang un sangat banyak jumlahnya. Hal ini dapat membuat pariwisata bahari. Banyak orang menggantungkan hidupnya dengan membudidayakan ikan, rumput laut, dll. Misalnya rumput laut, kita dapat memngolah rumput laut menjadi agar – agar yang seratnya tinggi. Jenis yang bisa dibuat agar – agar adalah Gracillaria Sp. Nantinya agar – agar di proses menjadi bubuk yang di bungkus dan dipasarkan ke berbagai tempat. Kemudian jika dimasak akan menjadi agar – agar yang lezat. Di laut ada dua kelompok tumbuhan laut. Yang pertama adalah rumput laut dan yang kedua adalah ganggan laut. Rumput laut hanya ada satu jenis yaitu eelgrass. Ganggang laut dikelompokkan menurut warnanya seprti ganggan hijau, ganggang merah, ganggang coklat, ganggang biru, ganggang emas, dan ganggang api.
Eelgrass adalah tumbuhan yang tumbuh di dasar laut. Akarnya tertanam dalam sedimen atau endapan di dasar laut. Kumpulan eelgrass membentuk padang eelgrass.Eelgrass memiliki daun berwarna hijau tua, bentuknya panjang dan sempit seperti pita dengan ujung daun bulat. Tinggi rumput laut mencapai 20 – 30 cm. Akar pada rumput laut yaitu akar rhizome. Akar ini rongga udara. Rongga udara ini yang membuat rumput laut dapat bergerak mengikuti arus air. Eelgrass mempunyai bunga. Tetapi berbeda dengan tumbuhan lainnya yang hidup didarat untuk melakukan penyerbukan dengan bantuan hewan. Kalau rumput laut, bunganya tidak dapat menarik perhatian hewan untuk melakukan penyerbukan. Bunga eelgrass menghasilkan serbuk sari berfilamen. Serbuk sari ini kemudian dilepaskna ke air dan menyebar mengikuti arus dan ombak. Eelgrass adalah tumbuhan perennial atau tahunan ( tumbuhan yang tetap hijau sepanjang musim ). Tumbuhan ini berkembang biak secara vegetative dengan akar rhizome dan dengan biji. Daerah tumbuhnya ditentukan oleh kejernian air dan adanya sinar matahari.
Ganggang adalah tumbuhan yang tidak memiliki akar, batang, dan daun sejati. Tetapi memiliki klorofil. Sebagian besar hidup di di air tawar maupun air asin. Ganggang laut tumbuh di perairan dangkal sampai kedalaman 30 meter. Namun ada beberapa jenis ganggang yang hidup pada kedalaman 280 meter. Ganggang laut biasanya melekat pada benda padat seperti batu, karang, dll. Ganggang laut memiliki akar yang berfungsi untuk berpegangan pada benda padat.
Ganggang hijau dapat menghasilkan klorofil. Klorofil digunakan untuk berfotosintesis. Ganggang hijau hanya bisa hidup di laut dangkal karena sinar matahari dapat tembus sampai kedalaman yang dangkal.
Ganggang coklat mendapatkan warna cokelatnya dari pigmen warna yang disebut fukoxantin. Warna hijau – emas atau warna kopi berasal dari kombinasi pigmen dan pigmen lain yang menyerap sinar hijau – biru dari sinar matahari. Sargassum merupakan anggoa ganggang cokelat yang tumbuh mengapung bebas di lingkungan tropis. Di samudra atlantik, terdapat sekumpulan sargassum yang hidup mengapung bebas. Sebagian sargassum berkembang biak dengan seksual, tetapi ada juga yang secara fragmentasi.
Ganggang merah mendapatkan warna merah dari pigmen warna phycoerypthrin. Pigmen ini menutupi zat hijau daun sehingga yang muncul dan terlihat adalah warna merah. Sebenarnya ganggang merah ini memiliki klorofil hanya saja pigmen yang memantulkan warna merah dan menyerap warna hijau membuat warna yang terlihat merah muda atau merah – ungu. Ganggang ini bisa hidup di perairan yang hanya sedikit mendapatkan sinar matahari.
Bagi ekosistem laut, tumbuhan laut bermanfaat untuk :
1. Menciptakan struktur habitat yang lebih stabil,
2. Mengurangi dampak arus dan ombak yang sampai ke pantai, menstabilkan garis pantai, dan menciptakan perairan yang tenang tempat tersedianya bahan organic dan endapan,
3. Memberikan tempat tinggal bagi ikan maupun kerang muda,
4. Menjadi bahan organik sumber makanan,
5. Menciptakan habitat yang sangat berguna.

Review Buku kumpulan cerpen

Buku kumpulan cerpen ini adalah beberapa karya yang dibuat oleh Haji Ali Akbar Navis. Beliau adalah seorang sastrawan dan budayawan terkemuka di Indonesia pada masanya. A.A Navis lahir di Kampung Jawa, Padang, Sumatra Barat pada tanggal 17 November 1924 dan meninggal pada tanggal 22 Maret 2003. Banyak sekali cerpen yang telah dibuat oleh beliau.
Beberapa contoh buku kumpulan cerpen yang pernah di buat oleh A.A Navis seperti:

• Rubuhnya Surau Kami (1955)
• Bianglala (1963)
• Hujan Panas (1964)
• Kemarau (1967)
• Saraswati
• Si Gadis dalam Sunyi (1970)
• Dermaga dengan Empat Sekoci (1975)
• Di Lintasan Mendung (1983)
• Dialektika Minangkabau (editor, 1983)
• Alam Terkembang Jadi Guru (1984)
• Hujan Panas dan Kabut Musim (1990)
• Cerita Rakyat Sumbar (1994)
• Jodoh (1998)

A.A Navis juga membuat cerpen yang mengandung kritikan sosial. Tetapi ada juga nasehat – nasehat untuk diri sendiri, kehidupan yang menyenangkan dan juga mengharukan. Di laporan ini, saya akan membahas review dari buku kumpulan cerpen A.A Navis yang bernama Robohnya Surau Kami. Buku ini diterbitkan pada tahun 1955. Di dalam buku ini, terdapat 10 cerpen yang telah dibukukan yaitu Robohnya Surau Kami, Anak Kebanggaan, Nasihat - nasihat, Topi Helm, Datangnya dan Perginya, Pada Pembotakan Terakhir, Angin dari Gunung, Menanti Kelahiran, Penolong dan Dari Masa ke Masa.
10 cerpen ini jauh lebih baik daripada kumpulan A.A Navis sebelumnya yaitu Bianglala. Begitu kuat aroma tema dosa, iman dan perbuatan dari setiap cerpen, seperti mengandung kegelisahan A.A Navis pada kondisi keimanan atau sosial masyarakat di sekitarnya. Semua hal itu ada pada cerpen "Robohnya Surau Kami". Di dalam setiap cerpennya di buku ini, A.A. Navis menampilkan wajah Indonesia di zamannya dengan penuh kegetiran. Penuh dengan kata-kata satir dan cemoohan akan kekolotan pemikiran manusia Indonesia saat itu yang masih relevan di masa sekarang ini. Ada refleksi dan kritik sosial yang mendalam secara intrinsik di dalam ceritanya yang berlaku universal atau menyeluruh. Mengungkap persoalan hendaknya jangan kita menjadi orang yang sekedar ibadah tanpa mengetahui makna ibadah sesungguhnya.
Pada cerpen ini A.A Navis masih menggunakan kata – kata yang sulit untuk dimengerti dan belum sesuai dengan EYD. Dalam cerita ini, beliau menceritakan suasana yang memprihatinkan dan menyedihkan. Cerita ini mempunyai setting tempat di sebuah surau atau mushola yang sudah tua dan tampak rusak di bagian dalam dan luarnya. Di depan surau terdapat kolam ikan dan 4 kamar mandi. Peran utama dalam cerpen ini adalah seorang anak dan seorang kakek yang menjaga suraunya. Sebenarnya cerita ini adalah flashback karena kakek yang menjaga surau ini telah meninggal dunia tetapi ada seorang anak yang dulu masih teringat saat berbincang – bincang dengan kakek itu. Yang membuat sedih kakek hanya karena cerita Ajo Sidi tentang Haji Saleh. Saleh itu haji, tapi masuk neraka. Kenapa? Tuhan menjawab: 'Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau tak masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang. Tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak-istrimu sendiri sehingga mereka itu kucar-kacir selamanya. Inilah kesalahanmu yang terbesar, terlalu egoistis.'
Ada pun cerpen lainnya yang bersifat religi yaitu "Datangnya dan Perginya". Jadi pada buku kumpulan cerpen “ Rubuhnya Surau Kami” sebagian besar menceritakan tentang keimanan sesorang. Dan A.A Navis juga memberikan sebuah pesan kepada semua manusia agar selalu beribadah kepada Tuhan dan tahu maksud dari beribadah itu sendiri agar nanti saat akhir khayatnya manusia akan mendapat balasan dari Tuhan oleh semua amal ibadah kita masing – masing.

Kewarganegaraan

PERSAMAAN KEDUDUKAN WARGA NEGARA DALAM KEMAJEMUKAN DI INDONESIA
Menghargai persamaan kedudukan warga negara tanpa membedakan ras, agama, gender, golongan, budaya dan suku. Sebagaimana kita ketahui, semboyan bangsa Indonesia adalah Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan yang ada hendaknya tidak dianggap sebagai ancaman tetapi lebih merupakan anugerah. Untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan diantara semua komponen bangsa, maka perbedaan itu harus disikapi sedemikian rupa sehingga terjalin keserasian hidup. Kewarganegaraan Indonesia Kewarganegaraan Indonesia Menurut Undang-undang No.3 Tahun 1946 Menurut Persetujuan Keewarganegaraan dalam KMB Menurut UU No.62 Tahun 1958 Menurut UU NO. 12 Tahun 2006 Menurut UUD 1945.
Dalam sistem kewarganegaraan di Indonesia, Kedudukan warga negara pada dasarnya adalah sebagai pilar terwujudnya Negara. Sebagai sebuah negara yang berdaulat dan merdeka Indonesia mempunyai kedudukan yang sama dengan negara lain di dunia, pada dasarnya kedudukan warga negara bagi negara Indonesia diwujudkan dalam berbagai peraturan perundang-undangan tentang kewarganegaraan, yaitu :

1. UUD 1945
Dalam konteks UUD 1945, Kedudukan warga negara dan penduduk diatur dalam pasal 26 yaitu :
1. Yang menjadi warga negara ialah orang-orang warga Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan UU sebagai warga negara.
2. Penduduk ialah warga negara Indonesia dan orang asing yang tinggal di Indonesai.
3. Hal-hal mengenai warga negara penduduk di atur dengan UU.
2. UU No. 3 tahun 1946
Undang-undang No.3 ialah tentang warga negara dan penduduk negara adalah peraturan derivasi dibawah dibawah UU 1945 yang digunakan untuk menegakan kedudukan Negara RI dengan warga negaranya dan kedudukan penduduk negara RI.

3. UU No. 62 tahun 1958
UU No.62 tahun 1958 merupakan penyempurnaan dari UU tentang kewarga negaraan yang terdahulu. UU No. 62 tahun 1958 tentang kewarganegaraan RI merupakan produk hukum derivasi dari pasal 5 dan 144 UUD RI 1950 yang sampai saat ini masih berlaku dan tetap digunakan sebagai sumber hakum yang mengatur masalah kewarganegaraan di Indonesai setelah kurang lebih 48 tahun berlaku, dan saat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi. Pernasalahan kewarganegaraan yang semakin kompleks ternyata tidak mampu ditampung oleh undang-undang ini.

4. UU No.12 tahun 2006
RUU Kewarganegaraan yang baru ini memuat beberapa subtansi dasar yang lebih revolusioner dan aspiratif, seperti :
1. Siapa yang mnjadi warga negara Indonesia
2. Syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia
3. Kehilangan kewarganegaraan Republik Indonesia
4. Syarat dan tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik Indonesia
5. Ketentuan pidana
Dalam NKRI, semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam bidang ekonomi, politik, hukum, sosial, budaya, agama dan pertahanan keamanan.
Berikut ini dijelaskan lebih lanjut wujud persamaan kedudukan warga negara di indonesia dalam berbagai bidang kehidupan.
1. Bidang ekonomi
Setiap individu memiliki kesamaan untuk melakukan usaha ekonomi seperti berdagang, bertani, berkebun, menjual jasa, dsb. Untuk memenuhi dan meningkatkan taraf hidupnya.
2. Bidang budaya
Setiap warga negara mempunyai kesamaan hak dalam mengembangkan seni, misalnya berkreasi dalam seni tari, seni lukisseni musik seni pahat seni bangunan dsb.
3. Bidang politik
Setiap orang memiliki hak politik yang sama, yakni individu berhak memilih, menjadi anggota salah satu partai, atau mendirikan partai politik.
4. Bidang hukum
Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama, yakni berhak untuk mengadakan pembelaan, penuntutan, berperkara di depan pengadilan, dsb.

Berikut ini dijelaskan secara lebih rinci terntang persamaan kedudukan warga negara, dalam berbagai bidang kehidupan.

1. Persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintah
Pasal 27 ayat (1) menyatakan bahwa “segala warga negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.” Pasal ini juga memperlihatkan kepada kita adanya kepedulian adanya hak asasi dalam bidang hukum dan politik.

2. Persamaan atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (ekonomi)
Pasal 27 ayat (2) menyatakan bahwa “tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.” Pasal ini memencarkan persamaan akan keadilan sosial dan kerakyatan. Ini berarti hak asasi ekonomi warga negara dijamin dan diatur pelaksanaanya.

3. Persamaan dalam hal kemerdekaan berserikat dan berkumpul (politik)
Pasal 28 E ayat (3) menetapkan warga negara dan setiap orang untuk berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Pasal ini mencerminkan bahwa negara Indonesia bersifat demokratis dan memberi kebebasan yang bertanggung jawab bagi setiap warga negaranya untuk melaksanakan hak dan kewajibannya dalam bidang politik.

4. Persamaan dalam HAM
Dalam Bab X A tentang hak asai manusia dijelaskan secara tertulis bahwa negara memberikan dan mengakui persamaan setiap warga negara dalam menjalankan HAM. Mekanisme pelaksanaan HAM secara jelas ditetapkan melalui pasal 28 A sampai dengan pasal 28 J.

5. Persamaan dalam agama
Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 menyatakan bahwa “negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Berdasar pasal ini tersurat jelas bahwa begara menjamin persamaan setiap penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan keinginannya. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan YME dijalankan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

6. Persamaan dalam upaya pembelaan negara
Pasal 27 ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa “setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.” Lebih lanjut, pasal 30 UUD 1945 memuat ketentuan pertahanan dan keamanan negara. Kedua pasal tersebut secara jelas dapat kita ketahui bahwa negara memberikan kesempatan yang sama kepada setiap warga negara yang ingin membela Indonesia.

7. Pesamaan dalam bidang pendidikan dan kebudayaan
Pasal 31 dan 32 UUD 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kedudukan yang sama dalam masalah pendidikan dan kebudayaan. Kedua pasal ini menunjukan bahwa begitu konsen dan peduli terhadap pendidikan dan kebudayaan warga negara Indonesia. Setiap warga negara mendapat porsi yang sama dalam kedua masalah ini.

8. Persamaan dalam perekonomian dan kesejahteraan sosial
Persamaan kedudukan warga negara dalam perekonomian dan kesejahteraan diatur dalam Bab XIV pasal 33 dan 34. pasal 33 mengatur masalah perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas asas kekeluargaan dengan prinsip demokrasi ekonomi untuk kemakmuran rakyat secara keseluruhan. Selanjutnya pasal 34 memuat ketentuan tentang kesejahteraan sosial dan jaminan sosial diman fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara (pasal 1) dan negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak (pasal 3).

Untuk meningkatkan kesatuan dan persatuan diantara semua komponen bangsa, maka perbedaan itu harus disikapi sedemikian rupa sehingga terjalin keserasian hidup. Perbedaan itu seperti :
A. Perbedaan Ras
Dalam pasal 26 ayat 1 UUD 1945 tentang warga Negara dan penduduk, disebutkan bahwa yang menjadi warga Negara dan penduduk ialah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan UU sebagai warga Negara. Perbedaan ras yang ada hendaknya jangan dijadikan masalah yang mengancam disintegrasi bangsa. Sesungguhnya bangsa Indonesia selain masyarakat pribumi, terdiri dari banyak ras, misalnya:
1. Ras keturunan Tionghoa atau etnis Tionghoa
2. Ras keturunan Belanda atau etnis Belanda
3. Ras keturunan Arab atau etnis Arab
B. Perbedaan Agama
Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 menyatakan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu. Untuk itu maka pemerintah membentuk lembaga keagamaan.
Lembaga keagamaan adalah suatu organisasi yang mengatur, mengurus, serta membahas dan menyelesaikan segala masalah yang menyangkut keagamaan. Adapun fungsi dari lembaga keagamaan adalah :
1. Tempat untuk membahas dan menyelesaikan segala masalah yang menyangkut keagamaan
2. Media menyampaikan gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa.
3. Wahana silahturahmi yang dapat menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekeluargaan
4. Tempat berdialog antara sesame anggota antarkelompok agama.
C. Perbedaan Gender
Gender adalah jenis kelamin manusia yaitu laki-laki dan perempuan. Setiap warga Negara baik laki-laki maupun perempuan, memiliki kedudukan yang sama. Laki-laki dan perempuan memiliki hak yang sama untuk duduk di lembaga pemerintahan serta berbagai bidang kehidupan lainnya. Diskriminasi gender pada zaman dahulu sering terjadi di masyarakat, dikaitkan dengan kekuatan fisik, sifat, dan kemampuan. Saat ini diskriminasi gender sudah dapat dihilangkan dan perempuan memiliki akses yang sama dalam politik, social, dan ekonomi dengan laki-laki.
D. Perbedaan Golongan Sosial
Golongan sosial adalah suatu kesatuan manusia yang ditandai oleh cirri-ciri tertentu serta mempunyai ikatan identitas social. Golongan sosial juga dapat diartikan sekumpulan orang-orang yang berdasarkan atas beberapa hal yang merasa satu kesatuan hingga masing-masing anggota menumbuhkan dan mengidentifikasi diri sendiri, misalnya golongan wanita, golongan pria, golongan buruh, golongan pemuda, dan lain-lain. Di Indonesia terdapat berbagai golongan sosial. Setiap warga Negara Indonesia hendaknya menyadari bahwa setiap orang memiliki kedudukan yang sama sebagai warga Negara, tanpa memandang dari golongan sosial mana ia berasal.

Review Buku Politik

MEMBONGKAR GURITA CIKEAS

Buku yang berjudul MEMBONGKAR GURITA CIKEAS ini ditulis oleh George Junus Aditjondro. Inilah ringkasan buku membongkar gurita cikeas.
“Apakah penyertaan modal sementara yang berjumlah Rp 6,7 triliun itu ada yang bocor atau tidak sesuai dengan peruntukannya? Bahkan berkembang pula desas-desus, rumor, atau tegasnya fitnah, yang mengatakan bahwa sebagian dana itu dirancang untuk dialirkan ke dana kampanye Partai Demokrat dan Capres SBY. Fitnah yang sungguh kejam dan sangat menyakitkan. Sejauh mana para pengelola Bank Century yang melakukan tindakan pidana diproses secara hukum, termasuk bagaimana akhirnya dana penyertaan modal sementara itu dapat kembali ke negara?”.
Begitulah sekelumit pertanyaan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam pidatonya hari Senin malam, 23 November 2009, menanggapi rekomendasi Tim 8 yang telah dibentuk oleh Presiden sendiri, untuk mengatasi krisis kepercayaan yang meledak di tanah air, setelah dua orang pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) – Bibit S Ryanto dan Chandra M Hamzah – ditetapkan sebagai tersangka kasus pencekalan dan penyalahgunaan wewenang, hari Selasa, 15 September, dan ditahan oleh Mabes Polri, hari Kamis, 29 Oktober 2009. Barangkali, tanpa disadari oleh SBY sendiri, pernyataannya yang begitu defensif dalam menangkal adanya kaitan antara konflik KPK versus Polri dengan skandal Bank Century, bagaikan membuka kotak Pandora yang sebelumnya agak tertutup oleh drama yang dalam bahasa awam menjadi populer dengan julukan drama cicak melawan buaya.
Memang, drama itu, yang begitu menyedot perhatian publik kepada tokoh Anggodo Widjojo, yang dijuluki “calon Kapolri” atau “Kapolri baru”, cukup sukses mengalihkan perhatian publik dari skandal Bank Century, bank gagal yang mendapat suntikan dana sebesar Rp 6,7 trilyun dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), jauh melebihi Rp 1,3 trilyun yang disetujui DPR‐RI. Selain merupakan tabir asap alias pengalih isu, penahanan Bibit dan Chandra oleh Mabes Polri dapat ditafsirkan sebagai usaha mencegah KPK membongkar skandal Bank Century itu, bekerjasama dengan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Soalnya, investigasi kasus Bank Century itu sudah didorong KPK (Batam Pos, 31 Agust 2009). Sedangkan BPK juga sedang meneliti pengikutsertaan dana publik di bank itu, atas permintaan DPR‐RI pra‐Pemilu 2009.
Dari berbagai pemberitaan di media massa dan internet, nama dua orang nasabah terbesar Bank Century telah muncul ke permukaan, yakni Hartati Mudaya, pemimpin kelompok CCM (Central Cipta Mudaya) dan Boedi Sampoerna, salah seorang penerus keluarga Sampoerna, yang menyimpan trilyunan rupiah di bank itu sejak 1998.
Sebelum Bank Century diambilalih oleh LPS, Boedi Sampoerna, seorang cucu pendiri pabrik rokok PT HM Sampoerna, Liem Seng Thee, masih memiliki simpanan sebesar Rp Rp 1.895 milyar di bulan November 2008, sedangkan simpanan Hartati Murdaya sekitar Rp 321 milyar Keduanya sama‐sama penyumbang logistik SBY dalam Pemilu lalu. Beberapa depositan kelas kakap lainnya adalah PTPN Jambi, Jamsostek, dan PT Sinar Mas. Boedi Sampoerna sendiri, masih sempat menyelamatkan sebagian depositonya senilai US$ 18 juta, berkat bantuan surat‐surat rekomendasi Kepala Badan Reserse dan Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri waktu itu, Komjen (Pol) Susno Duadji, tanggal 7 dan 17 April 2009.

BANTUAN GRUP SAMPOERNA UNTUK HARIAN JURNAL
Apa relevansi informasi ini dengan keluarga Cikeas? Boedi Sampoerna ditengarai menjadi “salah seorang penyokong SBY, termasuk dengan menerbitkan sebuah koran” (Rusly 2009: 48). Ada juga yang mengatakan” Sampoerna sejak beberapa tahun lalu mendanai penerbitan salah satu koran nasional (Jurnas/Jurnal Nasional) yang menjadi corong politik Partai SBY” (Haque 2009). Dugaan itu tidak 100% salah, tapi kurang akurat. Untuk itu, kita harus mengenal figur‐figur keluarga Sampoerna yang memutar roda ekonomi keluarga itu, setelah penjualan 97% saham PT HM Sampoerna kepada maskapai transnasional AS, Altria Group, pemilik pabrik rokok AS, Philip Morris, di tahun 2005, seharga sekitar US$ 2 milyar atau Rp 18,5trilyun.
Liem Seng Tee, yang mendirikan pabrik rokok itu di tahun 1963 bersama istrinya, Tjiang Nio, mewariskan perusahaan itu kepada anaknya, Aga Sampoerna (Liem Swie Ling), yang lahir di Surabaya tahun 1915. Aga Sampoerna kemudian menyerahkan perusahaan itu kepada dua orang anaknya, Boedi Sampoerna, yang lahir di Surabaya, tahun 1937, serta adiknya, Putera Sampoerna, yang lahir di Amsterdam, 13 Oktober 1947. Sesudah menjual pabrik rokoknya kepada Philip Morris, Putera menyerahkan pengelolaan perusahaan pada anak bungsunya, Michael Joseph Sampoerna, yang telah mengembangkan holding company keluarga yang baru, Sampoerna Strategic, ke berbagai bidang dan negara. Misalnya, membeli 20% saham perusahaan asuransi Israel, Harel Investment Ltd dan saham dalam kasino di London, dan berencana membuka sejuta hektar kelapa sawit di Sulawesi, berkongsi dengan kelompok Bosowa milik Aksa Mahmud, ipar Jusuf Kalla. Namun ada seorang kerabat Boedi dan Putera Sampoerna, yang tidak pernah memakai nama keluarga mereka. Namanya Sunaryo, seorang kolektor lukisan yang kaya raya, yang mengurusi pabrik kertas Esa Kertas milik keluarga Sampoerna di Singapura yang hampir bangkrut, dan sedang bermasalah dengan Bank Danamon. Menurut sumber‐sumber penulis, sejak pertama terbit tahun 2006, Sunaryo mengalirkan dana Grup Sampoerna ke PT Media Nusa Perdana, penerbit harian Jurnal Nasional di Jakarta.
Perusahaan itu kini telah berkembang menjadi kelompok media cetak yang cukup besar, dengan harian Jurnal Bogor, majalah bulanan Arti, dan majalah dwimingguan Explo. Boleh jadi, dwimingguan ini merupakan sumber penghasilan utama perusahaan penerbitan ini, karena penuh iklan dari maskapai-maskapai migas dan alat‐alat berat penunjang eksplorasi migas dan mineral. Secara tidak langsung, dwi‐mingguan Explo dapat dijadikan indikator, sikap Partai Demokrat – dan barangkali juga, Ketua Dewan Pembinanya – terhadap kebijakan‐kebijakan negara di bidang ESDM. Misalnya dalam pendirian pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN), yang tampaknya sangat dianjurkan oleh Redaksi Explo. Pemimpin Umum harian Jurnas berturut‐turut dipegang oleh Asto Subroto (2006‐2007), Sonny (hanya beberapa bulan), dan N Syamsuddin Ch. Haesy (2007 sampai sekarang). Kedua pemimpin umum pertama bergelar Doktor dari IPB, dan termasuk pendiri Brighton Institute bersama SBY.
Selama tiga tahun pertama, ada dua orang fungsionaris PT Media Nusa Perdana yang diangkat oleh kelompok Sampoerna, yakni Ting Ananta Setiawan, sebagai Pemimpin Perusahaan, dan Rainerius Taufik sebagai Senior Finance Manager atau Manajer Utama Bisnis. Dalam Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) Besar PT Media Nusa Perdana, yang dikeluarkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi DKI Jakartam 5 Maret 2007, namanya tercantum sebagai Direktur merangkap pemilik dan penanggung jawab. Sementara itu, kesan bahwa perusahaan media ini terkait erat dengan Partai Demokrat tidak dapat dihindarkan, dengan duduknya Ramadhan Pohan, Ketua Bidang Pusat Informasi BAPPILU Partai Demokrat sebagai Pemimpin Redaksi harian Jurnal Nasional dan majalah Arti, serta Wakil Ketua Dewan Redaksi di majalah Explo. Sebelum menjabat sebagai Pemimpin Redaksi Jurnas, Ramadhan Pohon merangkap sebagai Direktur Opini Publik & Studi Partai Politik Blora Center, think tank Partai Demokrat yang mengantar SBY ke kursi presidennya yang pertama. Barangkali ini sebabnya, kalangan pengamat politik di Jakarta mencurigai bahwa dana kelompok Sampoerna juga mengalir ke Blora Center. Soalnya, sebelum Jurnas terbit, Blora Center menerbitkan tabloid dwi‐mingguan Kabinet, yang menyoroti kinerja anggota‐anggota Kabinet Indonesia Bersatu. Sementara itu, Ramadhan Pohan baru saja terpilih menjadi anggota DPR‐RI dari Fraksi Demokrat, mewakili Dapil VII Jawa Timur.
Kembali ke kelompok Jurnas dan hubungannya dengan Grup Sampoerna, di tahun 2008, Ting Ananta Setiawan mengundurkan diri darijabatan Pemimpin Perusahaan, yang kini dirangkap oleh Pemimpin Umum, N. Syamsuddin Haesy. Namun nama Ananta Setiawan tetap tercantum sebagai Pemimpin Perusahaan, sebagai konsekuensi dari SIUP PT Media Nusa Perdana. Mundurnya Ananta Setiawan secara de facto terjadi seiring dengan mengecilnya saham Sampoerna dalam perusahaan media itu, dan meningkatnya peranan Gatot Murdiantoro Suwondo sebagai pengawas keuangan perusahaan itu. Isteri Dirut BNI ini, dikabarkan masih kerabat Ny. Ani Yudhoyono. (Berapa besar dana yang telah disuntikkan Grup Sampoerna ke kelompok Jurnas? Menurut SIUP PT Media Nusa Perdana yang diterbitkan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta, 5 Maret 2007, nilai modal dan kekayaan bersih perusahaan itu sebesar Rp 3 milyar. Namun jumlah itu, hanya cukup untuk sebulan menerbitkan harian Jurnal Nasional, yang biaya cetak, gaji, dan biaya‐biaya lainnya kurang lebih Rp 2 milyar sebulan. Berarti biaya penerbitan tahun pertama (2006), sekitar Rp 24 milyar. Tahun kedua (2007), turun menjadi sekitar Rp 20 milyar, setelah koran dan majalah‐majalah terbitan PT Media Nusa Perdana mulai menarik langganan dan iklan.
Tahun ketiga (2008), sekitar Rp 18 milyar, dan tahun keempat (2009) sekitar Rp 15 milyar. Berarti kelompok media cetak ini telah menyedot modal sekitar Rp 90 milyar, mengingat Jurnal Bogor menyewa kantor sendiri di Bogor, dan punya rencana untuk berdiri sendiri, dengan perusahaan penerbitan sendiri. Selain biaya cetak yang tinggi untuk seluruh Grup Jurnas, pos gaji wartawan kelompok media ini tergolong cukup tinggi. Gaji pertama wartawan Jurnas tahun 2006 mencapai Rp 2,5 juta sebulan, tiga kali lipat gaji wartawan baru Jawa Pos Group. Kecurigaan masyarakat bahwa keluarga Sampoerna tidak hanya menanam modal di kelompok media Jurnal Nasional, tapi juga di simpul-simpul kampanye Partai Demokrat yang lain, yang juga disalurkan lewat Bank Century, bukan tidak berdasar. Soalnya, Laporan Keuangan PT Bank Century Tbk Untuk Tahun Yang Berakhir Pada Tanggal‐Tanggal 30 Juni 2009 dan 2008 menunjukkan bahwa ada penarikan simpanan fihak ketiga sebesar Rp 5,7 trilyun. Selain itu, Ringkasan Eksekutif Laporan Hasil Investigasi BPK atas Kasus PT Bank Century Tbk tertanggal 20 November 2009 menunjukkan bahwa Bank Century telah mengalami kerugian karena mengganti deposito milik Boedi Sampoerna yang dipinjamkan atau digelapkan oleh Robert Tantular dan Dewi Tantular sebesar US$ 18 juta – atau sekitar Rp 150 milyar ‐‐ dengan dana yang berasal dari Penempatan Modal Sementara LPS.